Selasa, 13 Juli 2010 01.25
Every Woman Likes This (1988-1989)
Charlotte tak pernah tahu alasan apa yang membuatnya mau kerja magang selama liburan musim panas ini, di sini, dan bekerja untuk orang
ini, karena jelas ia belum cukup miskin untuk mengais uang dari keringatnya sendiri dan keluarganya belum bangkrut. Dimitrov Eamnnon entah bagaimana caranya secara ajaib telah kehilangan pegawainya yang cantik yang hanya bertahan selama satu tahun, dan yang lebih ajaibnya lagi kini Charlotte
lah yang menggantikan si pegawai yang kini entah pergi ke mana itu. Entah ia harus senang atau apa tapi tanpa keberadaan Eamnnon, Fleur de Lys tak lebih dari sebuah toko-toko bunga yang biasa ia kunjungi lima menit demi setangkai mawar atau lily, tak lebih dari sebuah toko bunga yang membosankan.
Tak ada Eamnnon yang bisa ia ganggu dan tanyai macam-macam berarti tak ada
mainan, tak ada mainan berarti tak ada yang bisa ia lakukan ketika bosan, dan Eamnnon tak bisa menyalahkan Charlotte kalau nantinya gadis itu menggerataki apa-apa yang ada di toko ini. Lelaki itu sedang jauh—jauuuuuuuuuuh sekali—di sebrang pulau, dan nampaknya takkan terlalu peduli jika Charlotte merusuh sedikit saja di toko bunganya yang tak cukup berharga.
Ia menyeringai samar sambil mengeratkan celemek biru tua di atas gaunnya yang berbunga, membiarkan rambut cokelat gelapnya tergerai begitu saja. Tak seperti Eamnnon yang cukup melambaikan tongkat untuk melakukan sihir, Charlotte harus melakukan semua hal dengan manual untuk membuka toko bunga ini hingga kini ia harus mulai menghampiri satu persatu vas demi mengecek apa ada bunga yang layu atau tidak—vas-vas kaca transparan sebesar gentong yang senada dengan dinding-dinding Fleur de Lys—menyalakan pemutar musik yang mulai melagukan lagu-lagu instrumental secara random, hingga akhirnya mencapai pintu, membuka kuncinya dan membalik papan hingga kalimat 'YES, WE'RE OPEN'-lah yang kini akan dilihat pengunjung.
Dalam satu gerakan luwes Charlotte kemudian berbalik, membuat gerakan gaun yang ia pakai menggesek lutut. Duduk di sebuah kursi dekat kandang
Dimdim si Pikook, ia sedang mengetuk-ngetuk kandang ayam lucu itu ketika sebuah denting bel menandakan pelanggan pertamanya hari ini. Layaknya pegawai toko normal ia lantas berdiri, memasang senyum paling manis yang mampu ia pasang meski ia tahu senyumnya jelek.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"
...
Sapaan manis—hal yang aneh bagi seorang Charlotte.
Daftar harga lihat di
sini. Dan
ini bajunya Charlotte btw.