Welcome to charlottedemelza.blogspot.com
Moribund, 27/08 |
---|
Posted: Apr 13 2010, 04:50 PM Forum Tempat Liburan View full topic |
Meski tak seperti kelihatannya, kenyataannya Charlotte Demelza Ryan terbiasa menikmati hidupnya yang (nyaris) sempurna. Sebelum ayahnya mati, kiranya ia adalah gadis yang paling bahagia dengan seorang ayah yang (meski kriminal, tapi) penyayang dan baik hati, juga seorang ibu yang menjaganya dengan apik. Sebagai satu-satunya buah hati di keluarga Charlotte dijaga seperti boneka porselen. Tingkah lakunya diperhatikan seolah ia bisa pecah setiap saat dan semua keinginannya dipenuhi. Dulu ia putri di rumahnya, bukan Cinderella atau Putri Salju, tapi putri yang tak pernah ada di negeri dongeng. Dulu ia bahagia, kau tahu? Dulu ia ceria dan murah senyum, dan tak pernah menyangka suatu hari ceritanya akan berubah seperti Putri Salju. Semenjak ayahnya mati dunianya seolah berubah. Ia memang tidak dibuang, tapi tak ada lagi yang menjadikannya prioritas. Dikirim ke Sekolah Sihir Hogwarts dan dibiarkan 'menggelandang' di pinggir jalan London selama lebih dari tiga tahun, sebelum akhirnya Gabriele membiarkannya pulang setelah ibunya sakit dan hampir mati. Ia bukan lagi Charlotta kecil yang seenaknya berlaku apapun yang dia inginkan tanpa takut karena punya ayahnya sebagai Tuhan, tapi Charlotte Ryan yang penuh pertimbangan dan mencurigai hampir semua hal. Genggamannya menguat tapi tak ada lagi yang bisa ia dapatkan. Bahkan untuk sekedar perlindungan dari 'kolega-kolega' ayahnya yang ia tahu bisa 'melihat' menembus kain, bahkan dinding, akan apa-apa yang terjadi di jalanan. Tak pernah ia semarah ini. Tak pernah ia merasa begitu dilecehkan ketika dua hari lalu lamunannya di bangku taman dibuyarkan oleh seorang teman lama yang tiba-tiba datang. Sebastian Harvey Joseph mendadak duduk di sampingnya. Ia sedang berpikir tentang mengapa secara perlahan orang-orang mulai meninggalkannya—Ayahnya, Dylan Klebold, dan yang lain-lain—ketika lelaki berambut hitam dan bau tembakau itu meracau macam-macam tentang Charlotte yang melupakannya dan betapa mereka sangat dekat sebagai tetangga ketika kecil. Waktu itu di tangannya ada topi, hitam berjelujur merah pemberian Dylan Klebold. Yang memicu emosinya bangkit ketika Sebastian tiba-tiba saja merebutnya sambil menghujani Charlotte dengan kata-kata kasar. Biasanya ia maklum karena seperti waktu-waktu lalu, lelaki tak berpendidikan itu pasti sedang mabuk. Tapi ketika ada miliknya yang diambil, kau pikir ia bisa tinggal diam? Beberapa teman Sebastian bahkan mengganggu gadis itu... dan ia baru bisa selamat ketika sekumpulan pria dengan kaus sepak bola mendengar jeritannya—sepertinya baru pulang main atau apapun yang ia tak mau tahu, yang pasti, siapapun yang mengganggunya harus menerima pembalasan. 'Lima Pemuda Mabuk Dipukuli Orang Tak Dikenal' Dan ia tak pernah main-main... kan? Charlotte Demelza Ryan hanyalah seorang gadis enam belas tahun berambut cokelat dengan iris mata senada yang sedang duduk sambil bertumpang kaki di sore yang teduh di bawah naungan salah satu payung warna-warni di Florean Fortescue's, Diagon Alley. Berbeda dengan pengunjung lainnya dengan kitab-kitab tebal dan bungkusan jubah baru—bahkan kuali—di tangan dan mejanya yang sedikit berdebu hanya ada sebuah koran. Yang sejak tadi tak henti dibacanya dan (percaya atau tidak) membuat batinnya tertawa puas. Kedua sudut bibir gadis itu tertarik membentuk senyuman tipis yang tanpa arti. Ia sedang senang. "...Sirius..." —tapi tak pernah ia menyangka kesenangannya akan dirusak oleh segiga nila berwujud moron pirang berjubah hitam. Tequilla Sirius, satu-satunya mimpi terburuk Charlotte Ryan semasa hidup. Grimnya. Apa yang dia lakukan di sini?! "Missin' me?" Pfffttt. Bibirnya tertarik tipis—tipiiis sekali ketika ia menerima satu skop eskrim pemberian Tequilla Sirius dengan sedikit enggan, benda manis itu ditangkupnya dengan kedua tangan dan ditatapnya sedikit sengit tanpa minat. Kesenangannya meruap begitu saja, kau tahu? Begitu Sirius datang dan menghancurkan sore indahnya yang begitu nikmat, ia jadi seperti hewan ternak. Diseret-seret ke tempat yang tak ia inginkan tanpa bisa menolak karena perjanjian mereka jelas tak pernah selesai—Tequilla Sirius tak pernah mengajukan satu pun permintaan dari yang tiga belas yang menyebabkan gadis itu (curiga ia) harus bersikap manis pada moron itu selamanya... Ia jadi seperti benar-benar punya 'tuan'. Dan ia benci itu, Demi Merlin Berkaki Duyung! Tak bisakah Tequilla Sirius membiarkannya tenang sedikiiit saja lebih lama? "Katakan apa yang kau inginkan. Jangan berbasa-basi denganku, Sirius. Kau tahu kulitku jadi gatal-gatal tiap sedikit saja dekat denganmu, jadi jangan buat aku tersiksa lebih lama, 'kay?" . Berhenti. Menatap lelehan eskrim yang mengenai telunjuknya. Menjilatnya sedikit dengan ujung lidah—dahinya mengernyit. Tatapannya sengit. "Yakinkan aku kau tak meracuni ini." ujarnya lagi, menggoyang kecil eskrim di tangannya. Bagaimanapun Charlotte tak bisa menolak eskrim, Tuan. Selama itu tak membunuhnya dengan konyol. Ia tak tega membiarkan benda manis ini meleleh sia-sia di tangannya; membuat sedikit rona muncul ketika ia memalingkan pandangan setelah kalimat terakhirnya diucapkan. Rasanya memalukan... ketika kau tak bisa menolak pemberian seseorang yang paling kau benci. Sirius sialan. No repp before AP pwisss |
Confusing & Befuddlement Draught by Charlotte Ryan, Slytherin Hal-hal yang paling penting agar ramuan tidak gagal: 1. Berhati-hati, jangan sampai ada unsur lain yang tercampur dengan bahan. Misal, serangga atau ulat dalam Sneezewort dan Scurvygrass karena unsur itu akan memengaruhi efek ramuan. Pastikan semuanya bersih. 2. Buat ramuan dengan step-step yang telah ditentukan, jangan sampai terlewat sekalipun. 3. Jangan lupa tambahkan Lovage! 4. Tak boleh sampai lupa menambahkan air. 5. Disaring! |