05.24
45:55
Ia bukan pendosa, hei, Tuhan. Kenapa menghukumnya sekejam ini? Rasa-rasanya ia tak punya satu pun hutang yang harus dibayar, lalu apa yang kau tagih? Tegur dia kalau ia memang hina, Tuhan, tapi ia hanyalah seorang gadis tiga belas tahun yang bahkan menepuk nyamuk pun tak pernah (meski alasannya lebih karena jijik, oke) sebegitu enggan kah Kau meraih tangannya dan membantunya berdiri barang sejenak? Ah, dia sudah jatuh berkali-kali, kaki-kakinya lecet oleh kerikil. Batinnya sudah tergores sejak lama, dan hatinya bahkan mati rasa. Muara air matanya kering, Tuhan, alirannya terhenti sejak lama. Tapi takdir tak pernah berhenti mempermainkan nasibnya seperti di penggorengan—mengaduk-ngaduknya, menghancurkannya. Padahal ia sudah matang, gosong, busuk―
―CHARLOTTE!
Ya, ya, itu namanya, Tuhan. Teruslah berteriak hingga gendang telinganya yang hampir tuli bisa mendengar tuntutan-tuntutan apa saja yang Kau bebankan padanya. Ayahmu harus mati? Kehidupanmu harus terenggut? Keluargamu harus membuangmu? Kau tak boleh punya teman? Semua orang harus memperbudakmu? Tak ada yang boleh mengasihimu? Bahkan di ingatan gadis itu sudah melekat apa-apa saja yang selama ini Kau timpakan padanya, sejelas ketika semua kejadian itu terekam oleh iris matanya yang cokelat terang. Yang kelopaknya bahkan sudah mengedip secara perlahan sebagai bentuk kewaspadaan siapa tahu seseorang menendang bokongnya dari belakang atau mendorongnya hingga terjatuh. Karena ia percaya sedikit demi sedikit semua itu pasti akan terjadi.
Ia sudah lelah, tahu? Tubuhnya hanya tinggal ampas, tinggal tulang berbalut kulit. Beban batin dan depresi menggerogoti tubuhnya sampai habis. Ayahnya, keluarganya, dan tak pernah ia duga sebelumnya bahwa bertaruh harga diri dengan Tequilla Sirius merupakan bentuk lain dari perbudakan terselubung. Miliknya telah tergadaikan entah sampai kapan, dan kini Charlotte Demelza Ryan tak lebih dari seorang gadis dengan harga diri ketinggian yang dipaksa menuruti perintah satu-satunya orang yang ia benci. Seperti anjing dipaksa makan rumput dan sayur-mayur—perlahan ia akan mati dalam wujud tulang belulang.
Aku sakit, Sirius. Tidak bisakah kau membiarkanku hidup tenang barang sehari?—bahkan tak mampu membuat si Kapten Lalim meloloskannya dalam satu sesi latihan di suatu pagi yang kelewat dingin. INI MUSIM DINGIN HEI, DAN MASIH JAM ENAM PAGI! Tidakkah Tequilla Sirius diwahyukan secuil saja otak di balik batok kepalanya yang menggembung itu? Charlotte bahkan baru keluar kamar mandi dalam keadaan setengah sadar ketika Tequilla Sirius, dengan semena-menanya menyeret gadis itu untuk latihan Quidditch. Pagi-pagi buta. Musim dingin dengan tanpa memberikan gadis itu sedikit pun kesempatan untuk mengambil mantel.
Aha. Ahaha.
Ini lucu sekali, sumpah.
Sumpah.Menggigil kedinginan di sudut Kamar Ganti Pemain di salah satu sisi lapangan, tubuh Charlotte Demelza Ryan mengeluarkan getar kecil yang alami. Ia seperti sebuah alat yang dipasangi vibra dan kini alarmnya sedang berbunyi tanpa henti. Bibir merah jambunya memucat, dan bola matanya yang mendelik-delik sejak tadi menyipit hingga kadang, manik cokelat terangnya yang cemerlang tersembunyi dalam sepasang garis lurus. Hatinya tanpa henti mengutuki Tequilla Sirius yang sedang berkicau sok wibawa di pusat, makin keras sampai rasanya ingin ia muntahkan dalam makian ketika sang kapten dengan tanpa dosa menyajikan sebuah tabel di papan tulis.
Seeker 1 Charlotte Ryan : Low-High-Low-
Very LowMed-Med.
Tentang kemampuan, katanya, yang ia dapat sepanjang ujicoba dan latihan. "Sok tahu," dengus gadis itu akhirnya, protes pertama yang ia ajukan sejak dari Ruang Rekreasi. Protes menghina, sedikit meremehkan ia sisipkan sebagai bumbu. Tapi ia benar kan? Yang mengujicoba gadis itu bukan Tequilla Sirius, tapi Freyr Lovecraft, dan ini latihan pertama mereka sejak Charlotte masuk ke tim inti sebagai Seeker—bagaimana mungkin pirang-lalim itu bisa menilainya serendah ini? Dan
inntelligencenya... very low yang dicoret! DIA KIRA CHARLOTTE IDIOT?! Dia kesal, sumpah, dan marah. Memutuskan untuk mengacuhkan saja instruksi-instruksi atau petuah-petuah selanjutnya yang dijejalkan pada mereka, juga sisipan-sisipan skeptis yang muncul dari para anak buah, si gadis sisilia yang pagi ini rambut cokelatnya diekor kuda lebih memilih untuk mengeluarkan sebutir emas dari dalam saku. Menyandarkan kepala peningnya ke dinding ruangan, ia memasang wajah cemberut sambil menimang-nimang si-butir-emas di telapak tangan.
Golden Snitch. Miliknya, dari Freyr Lovecraft sebagai simbol penyerahan posisi dari yang lama ke yang baru. Itu artinya, dia sekarang Seeker dan beban yang dilimpahkan begitu saja di bahunya tak bisa dibilang mudah. Siapa yang tak tahu kalau Snitch berarti berakhirnya pertandingan, dan biasanya kemenangan? Ia sangat yakin Tequilla Sirius akan menyalahkannya jika mereka sampai tanding lebih dari dua minggu karena Snitch tak kunjung tertangkap, taruhan bahwa setelahnya kepala gadis itu akan digunduli. Golden Snitch di tangannya bergulir-gulir tak berdaya, hingga saat Charlotte mengalihkan pandangannya singkat ke depan, ke Luitgard, Gilchrist, Devindra, Caldwell, lalu ke Snitchnya lagi―si benda sudah mengeluarkan propertinya yang paling krusial :
sepasang sayap.“Teori kadang tak begitu berpengaruh. Praktek, terbang, pukul, menghindar, dan lempar. Selagi masih pagi.”
"Maaf menyela, tapi bisa kita mulai saja?"Dan ketika suara Gilchrist yang bergumam, lalu protes Devindra hanya terdengar bagai dengungan, kedua kaki jenjang Charlotte Demelza Ryan membawanya berlari melintasi ruangan dan tangannya yang mungil serabutan mengambil sapu, mendudukinya, memacunya dalam kecepatan yang tidak bisa ditolerir ketika angin musim dingin menampar-nampar bagai dahan-dahan Dedalu Perkasa.
"Jangan banyak bacot, aku duluan!" adalah kata-kata yang gadis itu ucapkan selewat untuk terakhir kali, sebelum ia secara sadar mengejar Golden Snitchnya yang kabur agar tak hilang. Sukur-sukur kalau anggota lain tak mengikutinya dan setelah ini ia bisa melenggang pergi ke balik selimut. Tapi kalau iya, akan ia buktikan bahwa penilaian Tequilla Sirius selama ini salah besar. Meski sakit, lusa, akan ia buktikan kalau Seeker Gryffindor bukan tandingan yang cukup berarti bagi sang gadis Italia di pertandingan pertamanya.
Dan setelah itu, Tequilla Sirius harus menelan catatan penelitiannya melalui mulut besarnya yang banyak omong, lalu menuliskan lagi penilaian untuk Charlotte―dengan 'high' di setiap kolom dengan namanya.
Kita lihat.